LAYANAN internet dengan informasi sensitif biasanya dilindungi oleh sistem password yang hanya diketahui oleh penggunanya. Walaupun pada kenyataannya tidak ada yang benar-benar aman.
Sudah bukan rahasia lagi, kalau sistem password selalu bisa dibobol oleh hacker dengan beragam cara, termasuk memanfaatkan kelengahan pengguna yang terlalu jenuh menghafal password di tiap layanan yang berbeda.
Ketika teknologi semakin maju, penggunaan sandi dengan kombinasi numeric dan kata masih digunakan. Padahal itu termasuk teknologi yang sudah sangat lawas. "Jawabannya sangat mudah, karena itu murah," kata Per Thorsheim, ahli security online dari Norwegia, dalam sebuah konferensi tentang Password di Las Vegas.
"Jika Anda ingin sesuatu yang lain, dengan melibatkan beberapa jenis otentikasi dua faktor seperti token berbasis software, token berbasis hardware, atau otentikasi biometric, maka Anda perlu mengeluarkan biaya yang ekstra," ia menekankan.
Mencari sistem password yang aman, kuat dan murah memang bukan tugas mudah. Tapi setidaknya terus dilakukan agar lepas dari ketergantungan sistem password konvensional.
Google misalnya, mencoba menawarkan gagasan pengguna dengan personalisasi cincin di jari atau memasukkan kode kartu ID unik yang disebut Yubikeys ke port USB komputer mereka. Lain halnya dengan The Fido Alliance, sebuah konsorsium yang mencakup PayPal, menawarkan sistem dengan meminta pengguna smartphone untuk mengidentifikasi diri mereka dengan menempatkan jari mereka pada layar sentuh mereka.
"Teknologi biometric ini sudah dibuat sedemikian matang dengan biaya efektif dan siap digelar ke konsumen," kata wakil presiden Ramesh Fido Kesanupalli, dikutip dari Bussines Insider.
Di Washington, US Patent dan Trademark Office baru-baru ini menerbitkan beberapa aplikasi paten dari Apple yang memberikan identifikasi pengenalan wajah dan pemindaian sidik jari sebagai password.
Jauh lebih ekstrim lagi dilakukan oleh Motorola, melalui kepala penelitiannya Regina Dugan mengusulkan apa yang disebut 'pil password'. Dimana password tersimpan dalam lambung dan memancarkan sinyal radio ID yang unik. (*)
Sudah bukan rahasia lagi, kalau sistem password selalu bisa dibobol oleh hacker dengan beragam cara, termasuk memanfaatkan kelengahan pengguna yang terlalu jenuh menghafal password di tiap layanan yang berbeda.
Ketika teknologi semakin maju, penggunaan sandi dengan kombinasi numeric dan kata masih digunakan. Padahal itu termasuk teknologi yang sudah sangat lawas. "Jawabannya sangat mudah, karena itu murah," kata Per Thorsheim, ahli security online dari Norwegia, dalam sebuah konferensi tentang Password di Las Vegas.
"Jika Anda ingin sesuatu yang lain, dengan melibatkan beberapa jenis otentikasi dua faktor seperti token berbasis software, token berbasis hardware, atau otentikasi biometric, maka Anda perlu mengeluarkan biaya yang ekstra," ia menekankan.
Mencari sistem password yang aman, kuat dan murah memang bukan tugas mudah. Tapi setidaknya terus dilakukan agar lepas dari ketergantungan sistem password konvensional.
Google misalnya, mencoba menawarkan gagasan pengguna dengan personalisasi cincin di jari atau memasukkan kode kartu ID unik yang disebut Yubikeys ke port USB komputer mereka. Lain halnya dengan The Fido Alliance, sebuah konsorsium yang mencakup PayPal, menawarkan sistem dengan meminta pengguna smartphone untuk mengidentifikasi diri mereka dengan menempatkan jari mereka pada layar sentuh mereka.
"Teknologi biometric ini sudah dibuat sedemikian matang dengan biaya efektif dan siap digelar ke konsumen," kata wakil presiden Ramesh Fido Kesanupalli, dikutip dari Bussines Insider.
Di Washington, US Patent dan Trademark Office baru-baru ini menerbitkan beberapa aplikasi paten dari Apple yang memberikan identifikasi pengenalan wajah dan pemindaian sidik jari sebagai password.
Jauh lebih ekstrim lagi dilakukan oleh Motorola, melalui kepala penelitiannya Regina Dugan mengusulkan apa yang disebut 'pil password'. Dimana password tersimpan dalam lambung dan memancarkan sinyal radio ID yang unik. (*)
Sumber: detiknet
0 komentar:
Posting Komentar